Jumat, 02 Oktober 2015

Bahasa Arab

1.    PENGENALAN
ILMU NAHWU DAN SHOROF


Ilmu Nahwu adalah Ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah mengenai perubahan suatu kata, dimana biasanya perubahan ini bias berupa harokat (tanda baca) akhir suatu kata atau bentuk akhir dari suatu kata.

Contoh perubahan harokat akhir suatu kata :
ﺟﺎﺀﺭﺟﻞ
Telah datang seorang laki-laki
ﺭﺃﻳﺖﺭﺟﻼ
Aku melihat seorang laki-laki
ﻣﺮﺭﺕﺑﺮﺟﻞ
Aku bertemu dengan dua orang laki-laki
Dari contoh diatas, terlihat perubahan harokat akhir huruf  (lam) dimana perubahan ini tergantung dari susunan atau keadaan kata pada kalimat.

Contoh perubahan bentuk akhir suatu kata :
ﺟﺎﺀﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ
Telah datang kaum muslimin
ﺭﺃﻳﺖﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
Aku melihat para kaum muslimin
ﻣﺮﺭﺕﺑﺎﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
Aku bertemu dengan dua orang muslim

Dari contoh diatas, terjadi perubahan bentuk ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ  menjadi ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ   , yang disebabkan susunan atau letak dari kata tersebut dalam kalimat. Sehingga Ilmu yang mempelajari  perubahan harokat akhir suatu kata atau bentuk akhir kata inilah yang disebut Ilmu Nahwu.
Dalam Ilmu Bahasa Arab, pembahasan mengenai Ilmu Nahwu tidaklah dapat terlepas dari Ilmu Shorof.


Ilmu Shorof adalah Ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah perubahan kata, dimana dengan berubahnya kata, menjadikan perubahan pada maknanya.

Jika Ilmu Nahwu membahas mengenai perubahan akhir dari suatu kata, baik perubahan dalam harokat atau bentuknya, maka Ilmu Shorof membahas mengenai perubahan kata itu sendiri.

Contoh :
ﻧﺼﺮ
Telah menolong (kata kerja)
ﻳﻨﺼﺮ
Sedang/akan menolong (kata kerja)
ﻧﺎﺻﺮ
Orang yang menolong (subyek)
ﻣﻨﺼﻮﺭ
Orang yang ditolong (obyek)

Dari contoh diatas, ada 3 huruf yang sama, yaitu  , ,   yang membentuk kata  ﻧﺼﺮ  sebagai kata dasarnya,  sedangkan kata-kata lainnya merupakan turunan dari kata dasar tersebut.   Jadi kalau ingin mencari arti kata ﻣﻨﺼﻮﺭ  di kamus, jangan mulai mencarinya dari huruf    melainkan dari kata , dari kata ﻧﺼﺮ  karena ﻣﻨﺼﻮﺭ  adalah turunannya.

Dari hal ini, terlihat perbedaan dari Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof. Jika kita ringkas, Ilmu Nahwu adalah Ilmu mengenai suatu kata ketika telah masuk dalam kalimat, adapun Ilmu Shorof adalah Ilmu mengenai suatu kata sebelum masuk kedalam kalimat yang meliputi perubahan bentuk katanya.    
Agar lebih Mudah lagi memahami, perhatikan kalimat berikut :

“ Seseorang tidak akan mengetahui penjelasan susunan kata yang dikandung Ilmu Al-qur’an jika ia tidak mengerti akan luasnya bahasa Arab “. (Imam Asy-Syafi’i).

Kita tidak akan bisa membaca atau mengharokati (memberi tanda baca) tulisan arab kecuali dengan Ilmu Shorof, sedangkan kita tidak akan mengetahui artinya  dengan benar kecuali dengan mempelajari Ilmu Nahwu.

























2. PENGENALAN
ISIM DAN TANDA-TANDANYA


Kata didalam bahasa arab terbagi menjadi 3 :
1.   Isim
2.   Fi’il
3.   Huruf

Isim adalah kata yang mempunyai arti / bermakna, akan tetapi tidak terikat dengan waktu.
Contoh :
ﺩﻳﻦ
Agama

ﺑﻴﺖ
Rumah
ﺩﻳﻦ
Hutang

ﺑﺎﺏ
Pintu
ﻗﻠﻢ
Pena

ﺷﺠﺮﺓ
Pohon

Dengan melihat kepada contoh diatas, dapatlah dikatakan bahwa isim merupakan kata benda menurut bahasa Indonesia.

Didalam bahasa arab, kita dapat mengetahui suatu kata itu dapat disebut sebagai isim dengan mengetahui ciri-cirinya, diantaranya :

1.   Berharokat Kasroh atau Kasrohtain, jika suatu kata mempunyai akiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :     
رﺿﻴﺖﺑﺎﺍﷲﺭﺑﺎﻭﺑﺎﻹﺳﻼﻡﺫﻳﻨﺎ
Kata yang digaris bawah  ( dan ﺍﻹﺳﻼﻡ ) diatas termasuk Isim, karena akhiran katanya berupa harokat kasroh.

2.   Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin (dibaca : an-in-un), maka ia adalah isim.
Contoh :  ﺿﺮﺏﺍﷲﻛﻠﻤﺔﻣﺜﻼﻃﻴﺒﺔ
Pada kata-kata طَيِِّبَةً  كَلِمَةً مَثَلاً  diatas merupakan isim, terlihat dari adanya bacaan Tanwin diakhirannya.

3.   Terdapat tanda لا pada awal kata, contohnya :
اﻟﺴﻼﻡاﻟﻤﻠﻚاﻟﻘﺪﻭﺱ
Kata tersebut diatas semuanya merupakan isim, karena bergandengan didepannya dengan لا .
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا  maka isim tersebut tidak boleh tanwin, begitupula sebaliknya,  sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda لا  jika sudah terdapat tanwin pada katanya.  Namun demikian isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda diatas baik itu لا atau tanwin saja. 

4.   Terdapat huruf Jar didepan katanya.
Diantara huruf – huruf jar tersebut antara lain :
مِنْ
Dari

عَلَى
Diatas

بِـ
Dengan
إِلَى
Ke

فِي
Didalam

كَا
Seperti
عَنْ
Dari

رُبَّ
Seringkali

..لِـ
Bagi, milik…..

Contoh :   ﻓﻰﺑﻴﺖﻣﻦﺑﻴﻮﺕﺍﷲ
Dari contoh diatas, kata بَيْتٍ  dan بُيُوْتِ  , termasuk isim karena terletak setelah huruf Jer.


5.   Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhoh’ilaih.
Jika terdapat dua kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh (u), maka kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh :
ﻛﺘﺎﺏﻣﺤﻤﺪ
Kitabnya Muhammad
ﺩﻳﻦﺍﻹﺳﻼﻡ
Agama Islam
Kata pertama sebagai mudhof (yang disandarkan) dan kata kedua sebagai mudhoh’ilaih (yang menyandarkan.

Kata yang kedua diatas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.

Dari kelima ciri-ciri diatas, kita dapat mengetahui suatu isim didalam suatu kalimat, karena ketiga jenis kata ini, yakni Isim, Fi’il dan Huruf  merupakan hal dasar yang harus dikuasai.

Fahami betul-betul ketiga jenis tersebut (isim, fi’il dan huruf)  sebelum melanjutkan pada pelajaran berikutnya.



L A T I H A N :

Tentukan isim-isim dari ayat-ayat berikut beserta tanda-tandanya

ﻭﺇﺫﺍﻗﻴﻞﻟﻬﻢﺀﺍﻣﻨﻮﺍﻛﻤﺎﺀﺍﻣﻦﺍﻟﻨﺎﺱﻗﺎﻟﻮﺍﺃﻧؤﻣﻦﻛﻤﺎﺀﺍﻣﻦﺍﻟﺴﻔﻬﺎﺀﺃﻻ
ﺇﻧﻬﻢﻫﻢﺍﻟﺴﻔﻬﺎﺀﻭﻟﻜﻦﻻﻳﻌﻠﻤﻮﻥ

ﺍﺗﺄﻣﺮﻭﻥﺍﻟﻨﺎﺱﺑﺎﻟﺒﺮﻭﺗﻨﺴﻮﻥﺃﻧﻔﺴﻜﻢﻭﺍﻧﺘﻢﺗﺘﻠﻮﻥﺍﻟﻜﺘﺎﺏ

ﻭﺍﻋﺒﺪﻮﺍﺍﷲﻭﻻﺗﺸﺮﻛﻮﺍﺑﻪﺷﻴﺄ

ﻭﻟﻘﺪﺑﻌﺜﻨﺎﻓﻰﻛﻞﺃﻣﺔﺭﺳﻮﻻﺃﻥﺍﻋﺒﺪﻭﺍﻭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍﺍﻟﻄﺎﻏﻮﺕ

ﻓﻼﻭﺭﺑﻚﻻﻳﺆﻣﻨﻮﻥﺣﺘﻰﻳﺤﻜﻤﻮﻙﻓﻴﻤﺎﺷﺠﺮﺑﻴﻨﻬﻢﺛﻢﻻﻳﺠﺪﻭﺍ
ﻓﻰﺃﻧﻔﺴﻬﻢﺣﺮﺟﺎﻣﻤﺎﻗﻀﻴﺖﻭﻳﺴﻠﻤﻮﺍﺗﺴﻠﻴﻤﺎ


































3. FI’IL DAN CIRI-CIRINYA

Fi’il adalah kata yang menunjukkan makna, namun berkaitan dengan waktu.

Contoh :
ﺿﺮﺏ
Memukul

ﺧﻠﻖ
Mencipta
ﺫﻫﺐ
Pergi

ﻗﺘﻞ
Membunuh
ﺍﺭﺳﻞ
Mengutus

ﺷﺮﺏ
Minum

Dari contoh diatas, Fi’il merupakan kata yang menunjukkan suatu pekerjaan. Didalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan kata Kerja.

Untuk mengetahui suatu kata itu adalah fi’il, dapat diketahui dengan ciri-ciri yang ada pada fi’il, yaitu diantaranya :
1.   Terletak sesudah huruf   ﻗﺪ  (qod) = sungguh.
Contoh : ﻗﺪﺗﺒﻴﻦﺍﻟﺮﺷﺪﻣﻦﺍﻟﻐﻲ 
“ Sungguh telah jelas antara jalan yang benar dan sesat (Al-Baqarah : 256).

Kata  ﺗﺒﻴﻦ  merupakan Fi’il karena terletak setelah huruf ﻗﺪ  (qod).

2.   Terletak setelah huruf ..  (Sin yang dibaca Sa) = akan.
Contoh :    ﺳﺘﻔﺘﺮﻕﻫﺬﻩﺍﻷﻣﺔ 
                   “ Ummat ini akan terpecah “

3.   Terletak setelah huuruf  سَوْفَ  (saufa) = kelak.
Contoh :  ﻛﻼﺳﻮﻑﺗﻌﻠﻤﻮﻥ  
Sekali - kali tidak, mereka kelak akan mengetahuinya. (Attakatsur : 3)”

4.   Bersambung dengan   السَاكِنَةُ تَاءُالتَأْنِيْث ِ (huruf ت sukun yang menunjukkan perempuan). 
Contoh :  عَائِشَةُقَالَتْ = “Aisyah berkata”
5.   Jika suatu kata diawali oleh huruf ا, ن, ي, ت maka kemungkinan besar kata tersebut adalah Fi’il.
Contoh :
نَارٍ مِنْ شُوَاظٌ عَلَيْكُمَا ﻳﺮﺳﻞ
Diutus kepada keduanya panas dari neraka.
الْمَكْتَبِ عَليَ أَكْتُبُ
Aku menulis diatas meja.
كَلْبًا نَضْرِبُ
Kami memukul anjing.

Untuk memperlancar mengetahui Fi’il dari suatu kata, bias mencoba latihan berikut,  manakah yang termasuk Fi’il dari ayat berikut, beserta tanda-tandanya.


ﻭﺇﺫﺍﻗﻴﻞﻟﻬﻢﺀﺍﻣﻨﻮﺍﻛﻤﺎﺀﺍﻣﻦﺍﻟﻨﺎﺱﻗﺎﻟﻮﺍﺃﻧؤﻣﻦﻛﻤﺎﺀﺍﻣﻦﺍﻟﺴﻔﻬﺎﺀﺃﻻ
ﺇﻧﻬﻢﻫﻢﺍﻟﺴﻔﻬﺎﺀﻭﻟﻜﻦﻻﻳﻌﻠﻤﻮﻥ

ﺍﺗﺄﻣﺮﻭﻥﺍﻟﻨﺎﺱﺑﺎﻟﺒﺮﻭﺗﻨﺴﻮﻥﺃﻧﻔﺴﻜﻢﻭﺍﻧﺘﻢﺗﺘﻠﻮﻥﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
ﻭﺍﻋﺒﺪﻮﺍﺍﷲﻭﻻﺗﺸﺮﻛﻮﺍﺑﻪﺷﻴﺄ

ﻭﻟﻘﺪﺑﻌﺜﻨﺎﻓﻰﻛﻞﺃﻣﺔﺭﺳﻮﻻﺃﻥﺍﻋﺒﺪﻭﺍﻭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍﺍﻟﻄﺎﻏﻮﺕ

ﻓﻼﻭﺭﺑﻚﻻﻳﺆﻣﻨﻮﻥﺣﺘﻰﻳﺤﻜﻤﻮﻙﻓﻴﻤﺎﺷﺠﺮﺑﻴﻨﻬﻢﺛﻢﻻﻳﺠﺪﻭﺍ
ﻓﻰﺃﻧﻔﺴﻬﻢﺣﺮﺟﺎﻣﻤﺎﻗﻀﻴﺖﻭﻳﺴﻠﻤﻮﺍﺗﺴﻠﻴﻤﺎ













4.    HURUF DAN ISIM DHOMIR

Al-harfu (Huruf) adalah kata yang mempunyai makna dan jika bergandengan dengan kata yang lainnya.

Contoh :
Kata مِنْ (dari), tidak akan bermakna atau tidak mempunyai arti jika bersendirian. Akan tetapi ia akan mempunyai arti yang jelas jika ditambah dengan kata yang lain seperti  مِنَ البَيْتِ (dari rumah), maka kata itu memjadi bermakna.
Demikian juga kata فِي  (di dalam), tidak akan bertambah jika tidak ditambah dengan kata yang lainnya. Hal ini berbeda dengan isim dan fi’il yang maknanya bias kita fahami walaupun tanpa tambahan kata yang lain.  Sehingga ketika menemukan suatu kata yang maknanya tidak bias difahami, maka ketahuilah kata itu merupakan huruf.

Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada yang disebut dengan huruf ma’ani.

1.   Huruf Mabani : حَرْفُ مَبَانِي  
Adalah huruf-huruf Hijaiyah selain huruf  ا و ي  , karena ketiga huruf tersebut dikatakan sebagai huruf Ilat حَرْفُ العِلَّةِ atau huruf penyakit.
2.   Huruf Ma’ani حَرْفُ مَعَانِي
Adalah huruf-huruf yang mempunya arti.

Contoh :
ﺍﻭ
atau
dan
ﺛﻢ
kemudian
ﺇﺫﺍ
ketika
milik

Jenis-jenis huruf Ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a.     Huruf Jar ﺣﺮﻑﺟﺎﺭ , sudah dibahas diatas.
b.     Huruf Qosam ﺣﺮﻑ ﻗﺴﻢ  , atau juga disebut srbagai huruf sumpah. Huruf Qosam ada 3 yaitu  ب ت و.
Contoh :
ﻭﺍﷲ  ﺑﺎﷲ  ﺗﺎﺍﷲ
“ DEMI ALLAH “
Namun, dari ketiga huruf sumpah diatas, huruf ت   hanya boleh digunakan untuk sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.

c.     Huruf Athof ﺣﺮﻑﺍﻟﻌﻄﺎﻑ 
Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata, contohnya :
(dan)
ﺟﺎﺀﻣﺤﻤﺪﻭﺣﺳﻦ
Muhammad dan Hasan datang
ﺍﻭ
(atau)
ﺿﺮﺏﺣﺳﻦﻛﻠﺒﺎﻭﻗﻄﺎ
Hasan memukul anjing atau kucing


ﻣﺎﺷﺎﺀﺍﷲﺛﻢﺷﺌﺖ
Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu
Dari penjelasan diatas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letak dak kedudukan dalam kalimat, seperti huruf , disisi lain ia bisa sebagai huruf Athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam.  Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat yang digunakan.

Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran berikutnya.


Isim Dhomir   ﺇﺳﻢﺿﻤﻴﺮ
Isim Dhomir merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya :
ﻫﻮ
Dia (lk)

ﻫﻤﺎ
Dia berdua (lk)

ﻫﻢ
Mereka (lk)
ﻫﻲ
Dia (pr)

ﻫﻤﺎ
Dia berdua (pr)

ﻫﻦ
Mereka (pr)
ﺍﻧﺖ
Kamu (lk)

ﺍﻧﺘﻤﺎ
Kamu berdua (lk)

ﺍﻧﺘﻢ
Kalian (lk)
ﺍﻧﺖ
Kamu (pr)

ﺍﻧﺘﻤﺎ
Kamu berdua (pr)

ﺍﻧﺘﻦ
Kalian (pr)
ﺍﻧﺎ
Saya

ﻧﺤﻦ
Kami




Namun, jika isim Dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya adalah sebagai berikut :

ﻫﻤﺎ
ﻫﻢ
ﻫﺎ
ﻫﻤﺎ
ﻫﻦ
ﻛﻤﺎ
ﻛﻢ
ﻛﻤﺎ
ﻛﻦ
ﻧﺎ




Contoh :
ﺭﺑﻚ
Tuhanmu
ﻛﺘﺎﺑﻲ
Kitabku
ﻛﺘﺎﺑﻨﺎ
Kitab kami
Sebagai sebuah referensi, ketika kita berdo’a dihadapan orang banyak, seperti contoh diakhir khutbah jum’at, hendaknya kita banyak menggunakan kata  ﻧﺎ bukan   dalam berdo’a, sebagaimana banyak dilakukan oleh para Khotib. Seperti contoh :

دِيْنِكَ عَلَي قَلْبِي ثَبِّتْ الْقُلُوْب مُقَلِّبَ يَا
“ Wahai zat yang membolak-balikan hati, tetapkan hatiku pada agamamu “.

Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, sebaiknya hendaklah dibaca dengan kalimat :

دِيْنِكَ عَلَي قُلُوْبَنَا ثَبِّتْ الْقُلُوْب مُقَلِّبَ يَا
“ Wahai zat yang membolak-balikan hati, tetapkan hati kami pada Agamamu “.













SOAL LATIHAN :

Tentukan Isim, fi’il dan huruf dari Hadist berikut :


ﺭﺃﻳﺖﺭﺟﻠﻴﻦﻳﻘﻮﻣﺎﻥﺃﻣﺎﻡﺍﻟﻤﺴﺠﺪﺛﻢﺩﺧﻞﻭﺻﻠﻴﺎﺟﺎﻟﺴﻴﻦﻗﻠﺖ
ﻟﻬﻤﺎﺑﻌﺪﺍﻟﺼﻼﺓ : ﺍﻟﺤﻤﺪﷲﺍﻟﺬﻱﺧﻠﻖﺍﻟﻤﻮﺕﻭﺍﻟﺤﻴﺎﺓﻟﻴﺒﻠﻮﻛﻢ
ﺃﻳﻜﻢﺃﺣﺴﻦﻋﻤﻼﻭﻗﺎﻝﺗﻌﺎﻟﻰ: ﺇﻥﺃﻛﺮﻣﻜﻢﻋﻨﺪﺍﷲﺃﺗﻘﺎﻛﻢ.

ﻛﺎﻥﺭﺳﻮﻝﺍﷲﺻﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻴﻪﻭﺳﻠﻢﻳﻘﻮﻝ: ﺟﻌﻠﺖ ﻟﻲ ﺍﻷﺽﻃﻬﻮﺭﺍ
ﻭﻣﺴﺠﺪﺍ





















5.   PEMBAHASAN MENGENAI JUMLAH


Jumlah dalam bahasa Arab berarti “kalimat” didalam bahasa Indonesia, yakni kalimat yang mempunyai faidah sempurna.

Contoh :
بِاللهِ آمَنْتُ
Aku beriman kepada Allah
أَعْطَي مُحَمَّداً لَبَننًا
Aku member Muhammad susu
Sehingga dari kalimat diatas, yang mempunyai predikat dan obyek disebut juga dengan Jumlah Mufidah (ﺟﻤﻠﺔﻣﻔﻴﺪﺓ) atau Kalimat sempurna.

Jumlah Mufidah atau kalimat sempurna didalam bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah :

1.   Jumlah Ismiyyah, adalah jumlah yang awal katanya berupa isim.
Contoh :
نَبِيٌٌّ مُحَمَّدٌ
Muhammad adalah seorang Nabi
مَرِيْضٌ اَلأُسْتَاذُُ
Ustadz itu sakit

2.   Jumlah Fi’liyyah, adalah jumlah yang awal katanya berupa fi’il.
Contoh :
جَاءَ مُحَمَّدٌ
Muhammad Telah datang
رَجَعَ الأُسْتَاذُُ
Ustadz telah kembali

Jika ada jumlah yang sempurna, maka ada juga jumlah tidak sempurna. Jumlah tidak sempurna ini disebut ﺷﺒﻪﺍﻟﺠﻤﻠﺔ .
Sibhul Jumlah  merupakan susunan kata yang menyerupai Jumlah atau bisa disebut juga kalimat tidak sempurna. Sibhul Jumlah terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu Jar dan Majrur dan Dzorof wa Mudhof ilaih.

1.   مَجْرُوْرٌ وَ جَارٌ (Jar Majrur) 
Adalah susunan kata yang terdiri dari huruf Jar dan Isim.
Contoh :
عَلَى السَّمَاءِ
Diatas langit
مِنَ اللهِ
Dari Allah
فِي السُّوْقِ
Didalam pasar

2.   إِلَيْهِ مُضَافٌ وَ ظَرْفٌ (Dzorof wa Mudhofun Ilaih)
Adalah susunan kata yang terdiri dari kata keterangan berupa waktu atau tempat dan isim.
Contoh :

أمَامَ المَنْزِلِ
Didepan rumah
فَوْقَ البَيْتِ
Diatas rumah
وَرَاءَ المَسْجِدِ
Dibelakang Mesjid
Dengan memahami tentang jumlah ini, maka kita akan mudah mengetahui arti suatu ayat maupun Hadist.  Hal ini perlu diketahui bahwa Perubahan suatu kata, harokat, letak dan posisi kata didalam jumlah sangat mempengaruhi dalam peng-artian dan pemaknaan suatu ayat.  Salah dalam penempatan kata, maka maksud yang diinginkanpun akan salah.


Sebagai sebuah contoh adalah Al-qur’an surat Al-A’raf ayat 180 :
الْحُسْنَى اْلأَسْمَآءُ وَللهِ
Jika diartikan secara perkata maka akan berarti “dan kepunyaan Allah lah nama-nama yang indah”.  Akan tetapi jika kita memahami ayat diatas dengan kaidah-kaidah bahasa arab yang benar, maka akan diketahui bahwasanya ada yang kurang didalam pengertian tersebut.

Pengertian yang benar adalah “dan hanya kepunyaan Allah lah nama-nama yang indah”.  Walaupun sepertinya perbedaan hanya terletak pada kata “hanya”, akan tetapi ini sangatlah fatal, jika dikatakan sesuai dengan pengertian yang pertama, yaitu dapat mengindikasikan adanya makhluk lain seperti nama Allah ta’ala, hal ini berarti mensejajarkan Allah dengan makhluknya didalam nama yang indah.

Padahal maksud ayat ini tidak demikian, dimana hanya Allah lah yang mempunyai nama-nama yang indah, dan tidak ada yang menandingi bahkan sejajar dengan Allah walaupun dalam hal nama.
Sehingga dari hal ini, kita bisa mengambil pelajaran, jangan sekali-kali menggunakan nama yang khusus untuk Allah sebagai nama untuk anak-anak kita bahkan untuk hewan-hewan peliharaan kita, karena hal tersebut bisa termasuk penghinaan terhadap Allah ta’ala.

Contoh yang lain adalah kisah yang diutarakan oleh bapak ilmu nahwu pertama, Abul Aswad Adduali, dimana ketika ia sedang berjalan-jalan dengan anaknya di malam hari, sang anak terlihat menghadapkan wajahnya kelangit seraya berkata :

السَّمَاءِِ اَحْسَنُ مَا  : “apa yang bagus dilangit ?”
Maka sang ayahpun menjawab :
ﻧﺠﻮﻣﻬﺎ : “bintang-bintangnya”
Mendengar jawaban sang ayah, sang anak menyanggah dengan mengatakan “aku tidak bermaksud bertanya, melainkan menunjukkan kekaguman”.

Lalu sang ayah berkata : “Kalo begitu ucapkanlah..”
السَّمَاءَ حْسَنَ اَمَا
“Betapa indahnya langit-langit”.

Dari kedua contoh ini, sangat jelaslah manfaat kita mengetahui berbagai kaidah di dalam bahasa arab salah satunya dalam pembahasan jumlah.




SOAL LATIHAN :
Tentukan Jenis jumlah Mufidah dari kalimat berikut !


الْحَقِّ عَلَى ظَاهِرِيْنَ أُمَّتِيْ مِنْ طَائِفَةٌ تَزَالُ
“ Akan senantiasa ada dari ummatku yang selalu menampakkan kebenaran “.
نَارٍ مِنْ شُوَاظٌ عَلَيْكُمَا يُرْسَلُ
“ Keduanya ditimpa panas dari Neraka “.
ﺍﻷﺣﺪيَوْمُ الْيَوْمُ هَذَا
“ Hari ini hari ahad (minggu) “.
الْمُؤْمِنِيْنَ مِنَ الدِّيَارِ أَهْلَ عَلَيْكُمْ اَلسَّلَامُ






6.   ISIM MUDZAKKAR DAN MUANNATS


1.   Isim Mudzakkar مُذَكَّر  adalah isim yang menunjukkan pada jenis laki-laki.

Isim Mudzakkar terbagi dua, yaitu :
a.     Mudzakkar Hakiki ﻣﺬﻛﺮﺣﻘﻴﻘﻰ, yaitu mudzakkar yang menunjukkan manusia dan hewan.
Contoh :
أَبٌ
Bapak
أَسَدٌ
Singa
b.     Mudzakkar Majazi ﻣﺬﻛﺮﻣﺠﺎﺯﻰ Yakni mudzakkar yang tidak menunjukkan manusia dan hewan.
Contoh :
بَيْتٌ
Rumah
إِنَاءٌ
Bejana

2.   Isim Muannats adalah isim menunjukkan perempuan.
Isim Muannats juga terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a.     Muannats Hakiki  ﻣﺆﻧﺚﺣﻘﻴﻘﻰ :
Contoh :
أُمٌ
Ibu
أَتَانٌ
Keledai
b.     Muannats Majazi ﻣﺆﻧﺚﻣﺠﺎﺯﻰ :
Contoh :

شَمْسٌ
Matahari
سَمَاءٌ
Langit
Untuk memudahkan dalam membedakan antara Mudzakkar dan Muannats, dibawah ini yang termasuk ciri-cirinya, antara lain :

-       Nama dan panggilan perempuan
Contoh :
خَدِيْجَةُ
Khodijah
زَيْنَبُ
Zainab
-       Nama Negara dan kota.
Contoh :
مِصْرَ
Mesir
جُوْجَاكَرْتَا
Jogjakarta
-       Nama anggota tubuh yang berpasangan.
Contoh :
عَيْنٌ
Mata
يَدٌ
Tangan
-       Sifat kewanitaan.
Contoh :
مُرْضِع
Perempuan yang menyusui
حَامِلٌ
Hamil
-       Ada Ta’ Marbuthoh (ة) diakhir kata, selain nama laki-laki.
Contoh :
مُسْلِمَةُ
Muslimah
صَابِرَةُ
Perempuan yang sabar
-       Jamak Taksir.
Contoh :
قُلُُوْبٌ
Hati
رُسُلٌ
Rosul

Catatan :
1.   Ada banyak sekali isim yang tidak mempunyai tanda muannats namun termasuk isim muannats.
Contoh :
جَهَنَّمٌ
Neraka jahanam
أَرْضٌ
Bumi
نَارٌ
Api

Sehingga ketika tidak ada tanda-tandanya, untuk mengetahui apakah suatu isim termasuk muannats atau mudzakkar, biasanya merujuk kepada kamus, banyak menelaah kitab atau sering berinteraksi dengan orang arab.

2.   Ada isim yang mempunyai tanda muannats namun termasuk mudzakkar.
Contoh :
مُعَاوِيَةُ
Muawiyyah
حَمْزَة
Hamzah
طَلْحَة
Tholhah



SOAL LATIHAN :
Tentukan manakah yang termasuk Muannats dan Mudzakkar ?

نَاصِرٌ
Orang yang menolong
كَلِمَة
Kata
ﻋﺎﺋﺸﺔ
Aisyah
مَخْلُوْقَةٌ
Makhluk
اَلرَّجُلُ
Laki-laki
ﺍﻟﻔﻘﻴﺮ
Fakir














KOSA KATA I


نَاصِرٌ
Naashirun

اَلنَّبِيُّ
Nabi
كَلِمَة
Kalimatun
فَقِيْرٌ
Orang Fakir
حَرْفٌ
Harfun/huruf
الزِّيَادَةٌ
Tambahan
هَذَا
ini
الشَّاكِرُ
Orang yang bersukur
اَلْعَالِمُ
Orang yang berilmu
المُخَاطَب
Yang diajak bicara
اَلْمُدَرِّسُ
Guru
اِمْرَأَةٌ
Perempuan
مَخْلُوْقٌ
Makhluk
اَلْجَنَّةُ
Surga
سُوْرَةٌ
Surat
اَلْبَابُ
Pintu
مُكَذِّبٌ
Pendusta
اَلرَّجُلُ
Laki-laki
اَلْبَيْتُ
Rumah














KOSA KATA II


لَيْلٌ
Malam

فَوْقَ
Diatas
اَلنَّهَارُ
Siang
تَحْتَ
Dibawah
صَبَاحٌ
Subuh
خَلْفَ
Dibelakang
مَسَاءٌ
Sore
يَمِيْنٌ
Dikanan
سَنَةٌ
Tahun
شِمَالٌ
Kiri
أُسْبُوْعٌ
1 minggu
جَانِبٌ
Sisi/ samping
اَلدِّيْنُ
Agama
جِهَةٌ
Arah
سَاعَةٌ
Jam
عِنْدَ
Sisi
أَمَامَ
Didepan
اَلْوَاقِعُ
Terletak
وَرَاءَ
Dibelakang
وَلَدٌ
Anak


اِبْتِغَاءٌ
Mengaharap



Tidak ada komentar:

Posting Komentar